Terjadi di Kecamatan Margo Tabir
Bangko-Satu orang
tewas, satu rumah dibakar massa. Kejadian saling kait mengait ini, terjadi sekitar pukul 23.30 (21/6)
kemarin malam di Kampung 1 Kecamatan Margo Tabir. Pasalnya satu warga tewas
dengan luka tusukan, satu lagi luka berat (luber) akibat luka tusuk.
Dari data yang
berhasil dihimpun koran ini dilapangan, kejadian yang sempat membuat geger
Margo Tabir ini berawal dengan tewas Hendra Ananda (17) warga Sumber Agung
Kecamatan Margo Tabir, dan Budi Santoso
(18)luka berat yang ditusuk sajam pada bagian punggung.
Pada malam kejadian
naas, korban Hendra bersama empat temannya berangkat dari Kampung 7 menuju
Kampung 1 guna menonton organ tunggal.
Saat,korban yang tengah asik nonton tiba tiba kebelet hendak buang air kecil.
Sehingga korban meminta
empat temannya menemani ke belakang salah satu rumah warga yang tak jauh dari
lokasi keramaian organ tunggal. Diduga dendam,
malang bagi korban Hendra saat buang air
kecil, pelaku – terakhir diketahui Sutrisno -- tiba tiba datang dari arah
belakang korban.
Tanpa banyak bicara pelaku,
lantas menusukkan pisau tajam yang diduga telah dipersiapkannya ke leher korban
Hendra. Sesaat sebelum terjadi penusukan, salah seorang saksi mata yang ditemui Radar Sarko yang tidak ingin
identitasnya disebut sempat mendengar
dari mulut pelaku kata kata umpatan. Setelah itu, barulah pelaku menusukkan
pisau keleher korban.
‘’ Aku wes nekad
iki,’’ ungkap pria berjenggot warga kampung 7 Margoyoso mengulang apa yang
didengarnya.
Sementara
itu, rekan korban bernama Budi kaget mendengar teriakan aungan kesakitan sehingga secara spontan menoleh
ke arah pelaku dan berusaha membantu korban. ” Sayangnya, pelaku yang sudah
kalap itu kembali beraksi, pelaku menusukkan pisau ke punggung korban Budi,”
terang bapak berjenggot itu kembali
Mendengar
kedatangan warga yang berusaha menolong korban, pelaku Sutrisno melarikan diri
menghindari kejaran warga. Selanjutnya kedua korban dilarikan ke Klinik Puji
Simpang Jelita Margoyoso, diduga luka robek yang parah di leher korban Hendra
sehingga nyawanya tak tertolong. Sedangkan nasib Budi sedikit lebih beruntung,
dirinya selamat karena luka tusuk yang dialaminya jauh dari jantung.
Mendengar kabar tewasnya
Hendra serta Budi yang mengalami luka tusuk, sekumpulan orang yang diduga ingin
mengejar pelaku bernama Sutrisno mendatangati
rumah Sutrisno. Namun, apa lacur
tersangka Sutrisno tidak berhasil ditemui diduga kuat telah melarikan
diri. Warga yang emosi, tanpa diketahui
siapa yang mengomandoi langsung membakar rumah orang tua Sutrisno hingga lulu
lantak rata dengan tanah.
Kepada Radar Sarko,
Kapolres Merangin AKBP A Nanan Setio Utomo melalui Kapolsek Tabir AKP Ricki
Tridharma membenarkan adanya kejadian pembunuhan serta pembakaran rumah tersebut.
Hanya saja pelaku masih diburu –hingga berita ini diturunkan belum tertangkap--
Menurutnya hingga saat ini aparat masih belum mengetahui keberadaan pelaku
pembunuhan.
‘’Sampai saat ini
baru keterangan saksi kedua orang tua korban Budi yang kita mintai keterangan.
Sementara keterangan dari orang tua korban Hendra yang tewas masih belum kita
ambil, maklumlah, kedua orang tuanya msih shock berat,” ujar Ricki.
Sedangkan
dugaan motif terjadinya pembunuhan itu, masih belum diketahui pasti. Namun,
kuat dugaan bermotif balas dendam ” Dugaanya karena dendam sejak lama, namun
kita tunggu perkembangan selanjutnya,” ungkap Ricki
Terkait pembakaran rumah tersangka Sutrisno,
diakui Ricki pihaknya terus mendalami kaitan pembakaran rumah pelaku dengan
warga yang mencoba mencari pelaku karena
tidak terima tewasnya Hendra. ‘’ Kita terus dalami dan menggelar penyelidikan
dan penyidikan atas kejadian itu,’’ ungkap Ricki (and)
==========================================================
Bupati
Datangi Rumah Korban dan Pelaku
KEJADIAN pilu menimpa Hendra membuat
Bupati Merangin Nalim, turun berbela sungkawa, sehingga langsung ke rumah duka tempat kelurga Hendra.
Nalim datang sekitar pukul 11.00 WIB (22/6) kemarin didampingi Camat Tabir
Margo Budiman disambut langsung tua Wardi (48) dan Trini (35) orang tua korban
dirumah duka.
Kedatangannya ini tak lain guna
memberi motivasi dan mengobati luka kedua orang tua korban atas kehilangan anak
semata wayang. Dalam kesempatan tersebut, Ia mengharapkan agar pihak keluarga
bisa menerima musibah yang menimpa dan menyerahkan sepenuhnya kepada pihak penegak
hukum.
” Takdir tak dapat kita hindari. Jalan
satu satunya ya dengan bersabar dan berserah diri kepada Allah,” ujarnya
dihadapan kedua orang tua korban.
Usai membaca tahlil dan memanjatkan
doa untuk horban Hendra, tak lupa Nalim memberikan bantuan berupa uang tunai
kepada pihak keluarga.” Saya berharap, semua pihak bisa menyelesaikan masalah
dengan kepala dingin. Jangan bertindak main hakim sendiri, percayalah semua
musibah datangnya dari Allah, dan kita kembalikan kepad-Nya,” tukas Nalim.
Setelah mendatangi rumah korban, Nalim
kemudian bertolak ke Kampung 1, tempat kejadian perkara (TKP) tersebut terjadi.
Ia juga menyempatkan diri mendatangi rumah orang tua pelaku yang ternyata sudah
rata dengan tanah akibat diamuk massa yang tidak terima atas tewasnya Hendra.(and)
========================================================================
Orang Tua Korban Pingsan Berkali Kali
PENASARAN
terhadap kondisi pasangan
Wardi (48) dan Trini (35), orang tua korban, Radar Sarko
pun mencoba mendatangi rumah duka yang berada di Kampung 7 Desa Sumber Agung
Kecamatan Margo Tabir sekitar pukul
09.00 (22/6) kemarin.
Ratusan
keluarga dan rekan korban memenuhi rumah duka yang terletak tak jauh dari jalan
poros Margo Tabir tepatnya di samping Masjid Sumber Agung. Seorang pria bertubuh
jangkung yang belakangan diketahui adalah Wardi, ayah korban tampak terus
terpakur diam membisu.
Kondisi yang sama
juga terlihat pada Trini, ibu korban. Bahkan Trini tampak lebih shock lagi, ia
terlihat berkali kali pingsan jatuh dari duduknya tanpa menghiraukan lagi tamu
yang datang ke rumahnya.
Hanya
sepatah dua patah kata saja yang keluar dari mulutnya. Itupun saat warga
setempat melayat dan bersalaman dengan ayah korban.” Ya terimakasih,” katanya singkat.
Shock
berlebihan yang ditunjukkan kedua orang tua korban Hendra dinilai wajar. Betapa
tidak, Hendra merupakan anak semata wayang yang umurnya baru menginjak usia remaja.
” Dia anak satu satunya dari keluarga Pak Wardi,” ujar Sumardi, rekan korban.
Sumardi
menjelaskan, korban Hendra saat ini tercatat sebagai siswa kelas III di SMA
Margoyoso.” Saya pun sempat tak percaya saat dikabarkan Hendra meninggal dunia.
Setelah melihat dengan mata saya sendiri di Klinik Puji barulah saya percaya.
Lemas semua tubuh saya,” terangnya.
Hal
senada juga dikatakan Bambang, melalui media ini dia meminta agar aparat
Kepolisian bisa cepat mengungkap kasus pembunuhan yang menimpa Hendra.”
Dimanapun saat ini pelaku berada kalau bisa menyerahkan diri lah ke kantor
Polisi. Kita khawatir saja, takut terjadi hal yang tidak diinginkan,”
tuntasnya.(and)
Kasian...
BalasHapus